“Banyak Kuntilanak,” dan “seram, bisa makan orang,” begitu kata orang-orang ketika ditanyai tentang Kota Pontianak.
Ibukota Kalimantan Barat ini sedari dulu telah mendapat label yang tidak baik dari orang-orang di luar pulau. Banyak yang mengatakan bahwa asal-usul nama Kota Pontianak berasal dari sebutan makhluk astral, Kuntilanak. Hantu ini dikabarkan menggangu Syarif Abdurrahman Alkadrie saat menyisir hutan agar dapat dijadikan pemukiman. Isu tersebut merebak dan meracuni pikiran orang. Hal ini yang akhirnya menjadi salah satu alasan orang untuk enggan berkunjung ke Kota Khatulistiwa ini.
Pontianak tidak seperti isu miring yang tersebar. Kota yang dilewati garis khatulistiwsa ini memiliki beribu-ribu budaya, suku bangsa, dan bahasa. Pontianak merupakan salah satu kota di Kalimantan Barat yang masih kental akan budaya tradisionalnya.
Terdapat enam suku yang mendominasi Kota Pontianak. Keenam suku tersebut yakni suku Tionghoa, Melayu, Bugis, Jawa, Madura, dan Dayak. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kota Tahun 2012, suku Melayu menempati kedudukan pertama dengan persentase 34,5% dari jumlah penduduk. Selain itu, di posisi ke-2 ada suku Tionghoa (18,81%), disusul suku Bugis (7,92%), Jawa (13,48%), Madura (11,96%), dan dayak di urutan terakhir. Setiap suku turut andil membuat Kota Pontianak menjadi kota yang lebih berwarna dengan keunikannya masing-masing.
Tidak terlepas dari perbedaan, warga Pontianak memiliki ciri khasnya masing-masing sesuai dengan identitas suku mereka. Perbedaan itu sangat terlihat dari bahasa yang digunakan. Satu suku saja memiliki berbagai jenis bahasa. Contohnya saja suku Tionghoa di Pontianak yang memiliki dua bahasa yang lazim digunakan, yaitu bahasa ‘Khek’ dan ‘Tiou Ciu’. Selain itu, ada suku dayak dengan beragam jenis bahasa, yaitu Dayak Kanayatn, Dayak Bukit, Dayak Salako, Dayak Kantu, Dayak Iban, dan Dayak Jangkang.
Berbagai objek wisata menarik di Pontianak juga tidak kalah dengan daerah lainnya. Kita bisa pergi ke tempat-tempat bersejarah seperti Tugu Khatulistiwa atau mengunjungi wisata sungai kapuas yang hanya bisa dinikmati di Pontianak. Namun, daya tarik Kota Pontianak ini tidak hanya berada pada objek wisatanya saja. Warna-warni festival budaya sering kali memeriahkan keseharian warga. Hal ini yang kemudian menjadi daya tarik wisatawan untuk datang terlepas dari isu buruk yang tersebar.
Sebagai ciri khas Kota Pontianak, terdapat Festival Titik Kulminasi Tugu Khatulistiwa. Acara ini berlangsung pada 21-23 Maret dan September. Pada pukul 11.35 WIB, di sekitar Tugu Khatulistiwa, kita akan menyaksikan fenomena tanpa bayangan. Selain itu, kita juga bisa mendirikan telur dengan tegak. Fenomena ini terjadi karena berada di titik nol derajat yang memiliki gaya gravitasi yang kuat. Namun, tidak hanya di saat Kulminasi, telur masih bisa berdiri tegak setiap hari selama kita mendirikannya di Tugu Khatulistiwa.
Menjelang Lebaran, festival yang rutin setiap tahun diadakan di Kota Pontianak adalah Festival Meriam Karbit. Kegiatan ini berlangsung selama bulan Ramadhan hingga malam Idul Fitri di tepian Sungai Kapuas. Sembari memperingati awal mula Kota Pontianak dan dipercaya dapat mengusir hal-hal negatif, Festival Meriam Karbit diselenggarakan sebagai pengingat momentum awal masuknya agama islam ke Kalimantan Barat oleh Syarif Abdurrahman Alkadrie.
Selain meriam karbit, terdapat festival yang menjadi salah satu penarik wisatawan terbesar di Pontianak, yaitu Festival Cap Go Meh. Pada pertengahan Januari-Februari, 15 hari setelah Imlek (Tahun Baru Cina), kalian akan menyaksikan aneka atraksi. Terdapat arak-arakan Tatung, Barongsai, dan Naga yang turun ke jalan, memukau warga yang melihatnya.
Festival lain yang lebih menarik berkaitan dengan budaya Dayak. Pekan Gawai Dayak biasa digelar pada 20-24 Mei. Pada saat acara inti akan dibacakan nyangahathn (pembacaan mantra) dan juga berbagai bentuk budaya tradisional. Seperti upacara adat, permainan tradisional, dan berbagai kerajinan bernuansa tradisional.
Layaknya pelangi yang penuh warna, Pontianak memiliki budaya yang beraneka ragam. Perbedaan yang indah tetapi sering untuk dipungkiri.
Komentar
Posting Komentar