Antara Momen dan Nostalgia
Sembilan bulan, ibu merasakan deritanya
mengandung. Tubuh yang kecil dan lemah harus memopoh satu lagi jiwa raga di
dalam perut. Bukan satu, tidak lagi sendiri, tetapi ada dua jiwa dalam satu
badan.
Keegoisan yang dulunya
sering muncul, kini harus dipendam. Perasaan yang kerap kali membludak dan tak
pikir panjang harus terlebih dahulu ditahan demi sang buah hati. Dulunya yang
hanya memikirkan konsumsi pribadi, kini juga harus memikirkan satu lagi nyawa
yang bersemayam di dalam perut.
Hari demi hari
terlewati, suara detakkan jantung serta hantaman demi hantaman kaki mungil
terus terasa. Ia yang tidak sabar untuk dapat menendang angin di luar membuat
si ibu merasakan nyeri. Rasa sakit itu terus dialami ibu hingga akhirnya si
janin keluar dari lapisan yang membatasinya itu. Ia kini lepas dari kongkongan
selimut berlapis dan lautan air yang menghidupi kekakuannya selama ini. Ia
keluar dengan tangisan nyaring yang memecah suasana tegang. Ajaib, tangisan
yang merupakan simbol dari kesedihan itu malah membuat orang sekitarnya tertawa
bahagia.
Masa kecil, setiap
orang pasti pernah mengalaminya. Masa-masa yang paling bahagia. Waktunya insan
murni mengenal akan dunia yang baru dimasukinya. Saat secercah cahaya mulai
masuk ke sela-sela mata yang perlahan mulai terbuka. Warna-warni serta beragam
benda mulai membentuk bayangan pada retina dan membuat memori baru di otaknya
yang mungil. Terdengar juga suara burung-burung bernyanyi riang seolah-olah
menyambut kedatangan keluarga baru. Dunia kali ini bukan hanya sebatas cairan
dan selaput yang mengikat, tetapi kehidupan baru di dunia yang terbilang fana
namun berwarna.
Kata orang masa
kanak-kanak adalah masa yang paling enak. Saat di mana orang lain tahu makna
dari rasa senang, sedih, serta marah, sedangkan si kecil hanya tahu cara
meluapkan tanpa tahu arti dan akibat yang ditimbulkannya. Saat di mana
kenakalan apapun masih dinilai wajar. Tingkah laku yang menyebalkan dan konyol
malah dianggap menggemaskan. Saat di mana kita mendapatkan perlakuan khusus
serta kasih sayang dan perhatian yang lebih. Saat di mana kepolosan dan
keingintahuan terus bertambah besar karena ia belum mengetahui makna-makna
dibalik hal-hal duniawi.
Kepolosan yang tergambar
di wajahnya itu mengingatkanku terhadap masa kecil yang sudah samar-samar.
Senyuman serta tawa yang terukir diwajahnya memperlihatkan betapa bahagianya ia
terhadap hal kecil. Lengkungan yang membentuk simpul di kedua ujung bibirnya
itu seolah-olah mudah sekali untuk terukir, namun mudah juga untuk dipatahkan. Kerapuhannya
membuat sekelilingnya ingin terus berada di samping melindunginya.
Kenangan masa kecil, sensasi nyaman yang tiba-tiba menghampiri saat pandangan mata tertuju ke pemandangan harmonis itu. Momen yang tanpa sengaja tercipta seolah-olah memang untuk menarik perhatian sekitar. Waktu yang terasa terhenti dan perlahan menciptakan alur mundur di hati serta pikiran. Seketikaku tersedot dalam lamunan, terbawa dalam nostalgia. Hati merasakan tenang serta bahagia. Sungguh perasaan yang mendamailkan muncul, ya, muncul antara momen singkat dan nostlagia itu ...
Komentar
Posting Komentar